Selasa, 11 Februari 2014

Tobatnya Sang Pembunuh


Diceritakan dahulu kala pernah ada seorang penjahat laki-laki yang berdarah dingin dan sangat kejam yang telah membunuh 99 orang. Suatu ketika laki-laki tersebut merasakan suatu kegelisahan yang luar biasa dan sangat merasa bersalah sekali atas apa yang telah ia lakukan di masa-masa yang lalu. Karena tak tahan dengan kegelisahan dan rasa bersalah yang seakan telah menyesakkan dadanya yang telah lalu.
Namun sayang sekali, meskipun keinginannya untuk bertobat dan menebus kesalahannya sudah sangat kuat sekali, tetapi laki- laki tersebut bingung dan ragu, apakah mungkin dosa-dosanya yang memang sangat besar sekali tersebut bisa diampuni oleh Allah Ta’ala?.
Setelah merenung dan beberapa hari, lelaki tersebut akhirnya memutuskan untuk mendatangi seorang yang paling alim di zamannya dan menceritakan tentang keadaan dirinya.
Setelah laki-laki tersebut menceritakan semua tentang perjalanan hidupnya dan keinginannya untuk bertaubat, akhirnya orang alim tersebut memberikan petunjuk kepadanya agar mendatangi seorang rahib di suatu daerah. Setelah sampai pada tempat sang rahib, laki-laki tersebut berkata; “Wahai rahib, saya telah membunuh 99 orang, apakah jika saya bertobat maka tobat saya bisa diterima oleh Allah Ta’ala?.
Mendapat pertanyaan yang mengejutkan tersebut, sang rahib dengan serta merta menjawab; “Sungguh celaka sekali dirimu, tidak mungkin dosamu yang begitu besar diampuni pleh Allah Ta’ala”.
Mendengar jawaban rahib yang semakin menyesakkan dada dan membuat laki-laki tersebut gelap mata, akhirnya dibunuhlah sekalian rahib tersebut dan genaplah sudah seratus orang yang telah ia bunuh.
Setelah menyadari bahwa dirinya baru saja menambahkan dosa dengan membunuh seorang rahib, akhirnya laki-laki tersebut kembali berkeinginan untuk mendatangi orang alim lain untuk menanyakan apakah jika ia bertaubat, maka tobatnya bisa diterima oleh Allah Ta’ala.
Setelah mencari informasi ke sana kemari, akhirnya ia mendapat kabar bahwa di suatu daerah terdapat seseorang yang sangat alim. Dengan tekad yang sangat kuat didatangilah orang alim tersebut lalu ditanyainya; “Saya telah membunuh seratus orang, apakah jika saya bertaubat maka tobat saya bisa diterima Allah Ta’ala?”
Mendengar kejujuran dan pengakuan tulus dari dirinya, orang alim tersebut menjawab; “Bisa, memangnya siapa yang bisa menghalangi antara seseorang dengan tobatnya?”.
“Dan sekarang pergilah kamu menuju suatu kampung, yang di sana terdapat orang-orang yang selalu beribadah kepada Allah Ta’ala dan jangan sekali-kali kamu kembali lagi ke kampung asalmu, karena kampung asalmu adalah kampung yang buruk”.
Setelah mendengar pengarahan dan petunjuk dari orang alim tersebut, ia bergegas berangkat menuju daerah yang telah ditunjukkan kepadanya.
Ketika sedang dalam perjalanan menuju daerah yang ia tuju, tiba-tiba mau datang menjemput laki-laki tersebut. Melihat kejadian ini, malaikat rahmat dan malaikat azab bersitegang dan berdebat tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap laki-laki tersebut. Malaikat rahmat berkata; “Laki-laki ini telah datang dengan keadaan bertaubat dengan ikhlas kepada Allah”. 
Malaikat azab berkata; “benar, namun laki-laki ini kan belum berbuat kebaikan sma sekali?!”.
Melihat perdebatan kedua malaikat tentang nasib laki-laki yang hendak bertaubat tadi, datanglah seorang malaikat lain yang menyerupakan diri sebagai manusia lalu berkata; “Begini saja, bagaimana jika kita ukur jarak tempat laki-laki yang meninggal dengan tempat yang ia tuju dan tempat yang ia tinggalkan,kira-kira lebih dekat mana?, jika lebih dekat tempat yang ia tuju, maka laki-laki tersebut  akan diurus oleh malaikat rahmat, tetapi jika tempat meninggalnya tersebut lebih dekat ke tempat yang ia tinggalkan, maka ia akan diurus malaikat azab”.
Setelah dilakukan perhitungan, ternyata jarak tempat laki-laki tersebut meninggal lebih dekat ke tempat yang ia tuju dari pada tempat yang ia tinggalkan, maka kemudian pengurusan laki-laki tersebut diserahkan kepada malaikat rahmat.
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, jaganlah kamu berputus asa kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar ayat 53).




(diambil dari karangan As'ad Muhammad)